Powered By Blogger

Minggu, 03 April 2011

SERVING

Pelayanan. Honestly, pertama kali aku kenal apa itu pelayanan aku ngerasa kalo pelayanan itu cuma sebatas pengabdian seumur hidup ke Tuhan. Kira-kira sama kayak “abdi dalem” yang ada di Keraton Jogja, sama kayak “Peri rumah” di film Harry Potter. Life is only for serving the master. Kadang mereka merasa lelah, jenuh, bahkan mungkin bosan. Tapi walaupun mereka harus mengumpat dalam hati, tugas mereka harus tetap dijalankan. It’s a must!

But finally, I learned what SERVING is. Tokoh paling besar yang bisa aku contoh pelayanan nya adalah TUHAN YESUS. Yesus itu Tuhan, anak Allah, punya kuasa besar. Tapi dia turun ke dunia buat MELAYANI, bukan dilayani. Luar biasa gak sih? Dan aku belajar bahwa melayani itu bukan cuma tugas seumur hidup, tapi tanggungjawab dan wujud terimakasih kita ke Tuhan yang udah lebih dulu melayani buat ngasih contoh sama kita.

Banyak orang yang ada di sekitarku merasa Pelayanan adalah sesuatu yang harus di- show off dan di bangga-banggakan. They build their own perspective about serving. Mereka punya lingkup yang kecil banget tentang pelayanan. Tolak ukur Pelayanan mereka di ukur sejauh hal-hal yang terlihat, kayak “Seberapa sering ikut Persekutuan/Ibadah di kampus? Terpilih gak jadi Pengurus inti perkupulan mahasiswa Kristen? Termasuk orang yang HOLY gak?” Look so silly, hah?

Satu kali, dalam suatu acara akan di bentuk Panitia. Kebetulan yang dibutuhkan cuma sebagian dari jumlah yang ada. Temen-temen deket ku bilang gini ‘Oh, udah mau bentuk Panitia ya? Pasti kita gak bakalan kepilih lah, abis kita gak HOLY, sih..’ Bener aja, gak ada satupun dari kita (yang notabene sudah diCAP TIDAK HOLY ini) yang kepilih. Dan yang kepilih ya mereka yang ‘HOLY’ itu. Buset dah, sesempit itukah pemikiran mereka yang katanya sudah dewasa itu?

Aku memang bukan orang yang sepanjang hari aku cuma senyam-senyum dan sok ramah (padahal dibelakang ngegosip juga), bukan orang yang biasa ‘ngejilat’ sana-sini buat cari muka sama setiap orang, bukan orang yang setiap minggu datang Persekutuan/ Ibadah (padahal motivasinya bukan rindu Tuhan). Intinya aku memang bukan orang ‘HOLY’ (baca:MUNAFIK) itu. Aku manusia, aku juga bisa marah. Kalo aku gak suka sama orang bakal aku jauhin, bukan aku deket-deketin tapi aku ceritain di belakang. Aku juga pernah males Persekutuan/Ibadah dan aku gak mau memaksakan diriku ibadah kalo cuma buat formalitas aja.

But Thank’s God I’m not a part of those people. Bersyukur banget Tuhan kasih aku orangtua yang ‘open minded’. Bersyukur juga aku hidup dan besar di lingkungan modern (Jadi pikiran ku gak kayak orang kolot).

Thank’s God again, aku tetap bisa melayani di tempat lain. Bersyukur Tuhan kasih aku kesempatan melayani di gereja, jadi Guru Sekolah Minggu. Dan aku bisa menikmati itu sebagai sesuatu yang memperkuat hubungan pribadiku dengan Tuhan. Aku ngetri ensensi dari apa itu melayani. And the most important, I feel enjoy while serving. Of course, there’s no one called ‘HOLY’ there. hehehe.

Well, Tuhan kasih pengampunan dan keselamatan ke setiap orang tanpa pilih-pilih. Kenapa kita harus memilih orang-orang (yang MENURUT KITA) suci dan layak? Just serve for The Glory of God’s name, bukan buat ke-eksist-an pribadi kita/kelompok. Toh akhirnya Tuhan yang bakal menilai, kan?